Menasehati dan Mengajari Saat Berjalan Bersama

Anak punya hak untuk berteman dengan orang-orang dewasa agar dapat belajar dari mereka. Dengan begitu jiwanya cepat matang dan dapat menyerap ilmu, hikmah, pengetahuan, dan pengalaman orang dewasa. Dengan demikian, akhlaknya pun menjadi bersih dan perilaku menjadi matang.

Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam hal ini. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa beliau pernah menemani Anas dan anak-anak Ja’far, putra pamannya, serta Al-Fadhl, putra pamannya. Berikut ini adalah kisah yang dituturkan oleh Abdullah bin Abbas, putra pamannya, yang diajak jalan bersama diatas kendaraan beliau. Dari kebersamaan dengan beliau itu, Ibnu Abbas dapat menimba pengetahuan dari Nabi dalam suasana yang segar, pikiran yang jernih, dan hati yang terbuka. Dalam perjalanannya ini beliau mengajarkan kepadanya beberapa pelajaran sesuai dengan jenjang usia dan kemampuan daya pikirnya melalui dialog ringkas, langsung dan mudah, tetapi sarat dengan makna-makna yang agung lagi mudah dicerna dan disimpulkan oleh anak seusianya.

Nabi bersabda, “Nak, aku akan memberimu beberapa pelajaran: peliharalah Allah, niscaya Dia akan balas memeliharamu, peliharalah Allah, niscaya kami akan menjumpai-Nya di hadapanmu, jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan maka mohonlah kepada Allah, ketahuilah, sesungguhnya andaikata seluruh umat bersatu padu untuk memberi suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikannya kepadamu, kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah untukmu, dan seandainya mereka bersatu padu untuk menimpakan suatu bahaya kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat membahayakanmu, kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah bagimu, pena telah diangkat dan lembaran catatan telah mengering.”

Nabi Muhammad SAW adalah guru pertama. Saat memberikan pelajaran, beliau memperhatikan faktor usia anak dan kemampuan intelegensinya. Untuk itu, beliau memberikan pengetahuan yang dapat ditampung oleh pemahaman anak dan dapat dicerna oleh pikirannya. Dengan demikian, ilmu itu pun membekas dalam hati dan tergerak untuk mengimplementasikannya ke dalam sepak terjangnya. Sebagai buahnya, ilmu dalam dirinya selalu seiring dengan amal.

Dikutip dari Buku : ISLAMIC PARENTING Pendidikan Anak Metode Nabi, karya Syaikh Jamal Abdurrahman