Menarik Perhatian Anak dengan Ungkapan yang Lembut
Di antara faktor penumbuh rasa percaya diri dalam diri anak dan peningkat semangat spriritual serta kondisi psikologisnya ialah memanggilnya dengan namanya, bahkan memanggilnya dengan menyebut nama yang paling bagus, dengan julukannya, atau dengan sifat baik yang dimiliki si anak.
Rasulullah merupakan teladan yang paling baik dalam hal ini. Adakalanya beliau memanggil anak dengan panggilan yang paling sesuai dengan jenjang usianya, seperti ungkapan, “Anak muda, sesungguhnya aku akan memberimu beberapa pelajaran.” Anak muda, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu. Anak muda, bolehkah aku memberi orang-orang tua terlebih dahulu? Dan seterusnya. Adakalanya pula beliau memanggil anak dengan sebutan, “Anakku,” seperti yang beliau lakukan kepada Anas saat turun ayat hijab, “Hai anakku, mundurlah kamu ke belakang!”
Nabi Muhammad SAW menyebut anak-anak Ja’far, putra pamannya, melalui ungkapan berikut, “Panggilkanlah anak-anak saudaraku.”
Abu Dawud dalam kitab haditsnya telah membuat satu bab khusus dalam hal ini dengan judul: Bab tentang seseorang yang menyebut anak orang lain dengan panggilan, “hai anakku”.
Pada saat yang lain, Nabi memanggil mereka dengan menyebut nama julukannya sebagai penghormatan dan penghargaan dari beliau kepada mereka. Beliau pernah memanggil anak kecil yang telah disapih dengan sapaan, “Wahai Abu Umair, apakah yang terjadi dengan Nughair itu?” Nughair adalah burung kecil seperti burung pipit yang menjadi mainannya, kemudian burung itu mati.
Para sahabat pun memanggil anak yang dilahirkan pada masa Islam dari seorang ayah yang muslim dengan sebutan, “Hai keponakanku.” Al Musayyib memuji Al-Barran bin Azib karena predikatnya sebagai seorang sahabat Nabi dan keikutsertaannya dalam berbaiat kepada beliau. Ia mengatakn kepadanya, “Wahai keponakanku, engkau tidak mengetahui hal baru apa yang akan kita perbuat sepeninggal beliau.”